Reading isn't only about the ideas either. What you're reading and experiencing isn't simply a collection of cold words on a flat page. Those words were written with conviction, passion and energy, and what you can experience now is that same passion and energy that the writer had.

Books are powerhouses and they will challenge you to meet their power with your own. They cause change. They can be a phenomenal source of inspiration in your life ...


Most Gifted in Books

Download Unlimited Novel & Comic

Indonesia Bookstore

Toko Buku Online Terlengkap

Saturday, July 18, 2009

Kuda liar ….. nasib baik apa buruk?

Sebetulnya – apa yang dinamakan nasib itu? Apakah kaya raya, sukses, dan bahagia itu juga merupakan nasib seseorang? Yang dikatakan nasib sesungguhnya hanyalah potongan peristiwa di suatu waktu, keadaan pada saat itu…..

Kehidupan ini selalu berubah, ada siang ada malam, suka dan duka silih berganti. Sedang pandangan manusia sangatlah terbatas, daya ingatnya juga tidak sempurna. Orang tidak bisa mengingat sepenuhnya keadaan yang lalu, dan tidak dapat melihat kejadian yang akan datang.

Sebagian orang merasa hidupnya tidak bahagia, sebab apa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lalu ada yang berkata, bahwa hal itu memang sudah nasibnya.

Manakala orang menghadapi situasi yang buruk dan merasa sudah tidak dapat mengatasinya, atau mengalami kejadian yang tidak menyenangkan serta tidak dapat menghindarinya, sering mengatakan itu sudah nasibnya. Orang tidak memiliki kesabaran yang mencukupi untuk menunggu waktu selebihnya sampai akhir.

Bilamana orang selalu melihat sesuatu keadaan atau kejadian yang tidak menyenangkan itu sebagai nasibnya, maka tidak bakal ada upaya yang serius untuk mengembangkan diri. Orang hanya menunggu, pasif, tidak proaktif, tidak ada perjuangan hidup, tidak akan ada perubahan, dan tidak ada gairah hidup.

Sebaliknya jika orang hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, merasa bisa melakukan apa saja dan tidak terbatas, maka akan over confidence. Bahkan dalam taraf yang ekstrem malahan bisa meniadakan keberadaan Yang Maha Kuasa.

Ada sebuah legenda tentang petani dengan kudanya. Di desa terpencil di pinggir hutan, tinggalah seorang petani yang mempunyai seorang anak laki-laki dan seekor kuda. Pada suatu hari kudanya lari, masuk ke dalam hutan dan tidak kembali lagi. Batapa sedihnya petani itu, satu-satunya harta yang ada sekarang hilang. Dan para tetangga bilang: “Malang benar nasib petani itu!”

Kemudian terjadi peristiwa lain. Beberapa hari kemudian kuda yang dikira hilang itu kembali lagi, masuk ke kandang, bahkan diikuti dengan seekor kuda liar. Tentu saja petani tersebut sangat senang sebab kudanya tidak jadi hilang, malah tambah satu ekor lagi. “Mujur benar nasib petani itu”, komentar tetangganya.

Hari-hari berikutnya anak petani dengan rajin melatih kuda hutan itu agar menjadi jinak, serta dapat digunakan sebagai kuda tunggangan. Namun sayang, kuda hutan itu masih sangat liar, sehingga anak sang petani tidak mampu mengendalikan dan jatuh dari kudanya. Ia menjadi cacat, kakinya timpang. Petani itu sangat sedih, anak satu-satunya cacat gara-gara kuda liarnya. “Malang benar nasib diriku”, keluh sang petani.

Kemudian, pada suatu waktu, terjadilah peperangan di negaranya, dan membutuhkan para pemuda untuk menjadi milisi. Pejabat militer datang ke desa-desa mendaftar para pemuda guna mengikuti wajib militer. Para orang tua yang anaknya diambil untuk mengikuti wajib militer sangatlah berduka, karena sudah sering terjadi mereka yang dikirim ke medan laga tidak kembali dalam keadaan hidup.

Pemuda pincang anak petani itu, tentu saja tidak memenuhi syarat untuk mengikuti wajib militer. Sang petani sangat bergembira karena anak satu-satunya masih dapat menemaninya hidup di desa terpencil. “Terimakasih ya Allah, Engkau mengijinkan anakku untuk tetap tinggal menemaniku”, demikian doa syukurnya.

Barangkali kita mengalamai suatu keadaan yang tidak diinginkan - segala hal yang dapat membuat orang menjadi jengkel, sedih, kecewa, marah, patah semangat, bahkan sampai kehabisan akal. Lalu sebagian orang menyesali jalan hidupnya, “Kenapa gerangan nasibku begini?”

Tetapi tahukah kita, apakah yang dinamakan nasib itu? Apa sebenarnya memang ada? Bagaimana mengetahui? Bisakah kita mengubahnya? Coba pikirkan, dari kisah petani dan kuda tadi, apa yang dinamakan nasib itu? Yang dikatakan nasib sesungguhnya hanyalah potongan peristiwa di suatu waktu, keadaan pada saat itu.

Tidak ada yang sesungguhnya nasib mujur atau malang, karena peristiwa di dalam kehidupan ini tidak ada yang tetap, akan selalu berubah, ibarat roda yang berputar. Anda berada di salah satu titik, pada suatu ketika ada di bawah dan di saat yang lain ada di atas, begitu seterusnya.

Kenyataanya, hidup ini memang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan atau dengan rencana kita. Dan kita juga tidak dapat mengerti sepenuhnya, apa sesungguhnya yang menjadi rencana Allah. Manusia itu memiliki keterbatasan, tidak akan dapat menerawang rencana-Nya atas kehidupannya sampai akhir.

Yang penting, kita harus tetap berpengharapan, optimis, positive thinking, yakin sepenuhnya bahwa hidup kita ada di tangan-Nya, dan hari depan itu sungguh ada. Karena itu menurut pemahaman saya, apa saja yang benar, baik, mulia, suci, dan yang membawa manfaat pada diri sendiri, keluarga dan orang lain, itulah kehendak-Nya, yang harus kita lakukan.

Kita lakukan yang terbaik yang dapat kita lakukan! Berdoa dan berusaha, kerja keras, penuh semangat, dan pantang menyerah untuk mewujudkan harapan kita, mencapai yang terbaik di dalam kehidupan ini. Lalu terima segala apa yang merupakan hasil akhir, sebagai kehendak dan rencana-Nya yang terbaik bagi kehidupan kita, dan kecaplah betapa bahagianya hidup ini*****

Technorati Tags: ,

Tuesday, July 14, 2009

Tikus Saja Bisa ….. ?!

Tidak ada di dunia ini yang lebih kekal daripada ….. perubahan. Karena itu orang harus dapat mensiasati perubahan dengan cara yang cerdas. Orang tentu akan semakin tua, semakin merosot kesehatan dan kemampuannya – namun harus bisa menyesuaikan diri secara cepat dengan perubahan, serta dapat menikmati perubahan – tetap merasa sehat dan bahagia!

Di dalam kehidupan ini kita selalu menghadapi perubahan, yang muda kuat, tampan, cantik, berubah menjadi semakin tua renta dan berkeriput. Yang semula bekerja giat dan produktif, pada suatu saat menjadi semakin kurang produktif, lalu menjalani masa pension, serta berbagai perubahan lainnya yang terjadi sepanjang hidup.

Untuk itu diperlukan adanya kemampuan guna mengantisipasi sewaktu terjadi perubahan, dengan senantiasa memperhatikan setiap perubahan. Lalu berupaya untuk menyesuaikan diri secara cepat, mau dan mampu berubah, serta dapat menikmati perubahan. Selanjutnya haruslah selalu siap sedia untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi lagi, dan lagi!

Pada saat menghadiri acara syukuran memasuki masa pensiun di rumah seorang yuniorku, saya didaulat untuk memberi sepatah kata sambutan. Waktu itu hadir pula para pegawai yang masih muda, pensiunan dan yang hampir pensiun. Saya teringat akan kisah sekelompok tikus dan kurcaci, di dalam buku yang berjudul “Who Moved My Cheese?” yang ditulis oleh Spencer Johnson. Kisah itu pula yang saya sampaikan pada kesempatan tersebut.

“Alkisah, di Negeri Dongeng, tinggalah sekelompok tikus dan sekelompok kurcaci sebesar tikus yang berpenampilan serta bertingkah laku seperti manusia di dunia ini. Mereka hidup bahagia dan makmur, karena merasa memiliki persediaan makan, sebongkah cheese, ‘keju’ yang sangat besar, yang tersedia di suatu tempat yang pasti.

Tetapi…..kemudian….., mereka terjebak di dalam kenyamanan sehingga tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Pada suatu hari, mereka tidak lagi menemukan cheese di tempat itu, Cheese itu telah hilang lenyap.

Kelompok tikus, yang menyadari bahwa situasinya telah berubah, segera memutuskan untuk berubah juga, mereka berusaha menemukan cheese baru. Sedangkan kelompok kurcaci, yang tidak pernah memperhatikan adanya perubahan, tidak siap menghadapi kenyataan itu. ‘Who Moved My Cheese?’ teriaknya.

Para Kurcaci meraung-raung, wajahnya berubah menjadi merah padam. Sementara tikus bergerak cepat, mencari cheese baru, kurcaci hanyalah mengomel, termenung, mengutuk, memprotes. Mereka merasa sangat tertekan, kawatir dan putus asa.

Tetapi ketika mereka memperhatikan semangat tikus, petualangannya, kerja kerasnya, dan kemudian ternyata tikus-tikus berhasil menemukan cheese baru yang lebih baik lagi, kesadaran mereka mulai pulih kembali. Dapat menyesuaikan diri, dan mau berubah, dan menyadari bahwa di luar sana masih banyak cheese baru yang lebih baik, yang akan kita dapatkan, manakala kita bisa mengatasi rasa takut dan dapat menikmati perubahan.

Akhirnya mereka menyadari bahwa perubahan itu tidak selalu berakibat buruk, sebaliknya bisa mengarah ke sesuatu yang lebih baik. “Ternyata ketakutan yang kita biarkan berkembang di dalam pikiran kita, jauh lebih buruk daripada kenyataan sebenarnya!” kata mereka.”

Makna ceritera itu adalah, bahwa dalam hidup ini kita selalu menghadapi perubahan, karena itu orang harus dapat mensiasati perubahan dengan cara yang cerdas. “Cheese” itu melambangkan hal-hal yang diinginkan manusia di dalam hidupnya, bisa berupa pekerjaan yang baik, hubungan yang harmonis, harta, benda, kesehatan, ketenangan batin, etc. etc.

Dalam hal ini, perubahan yang dimaksud adalah dari employee menjadi retired person, orang pensiunan. Sesungguhnya, masa pension, berhenti dari pekerjaan, merupakan suatu tantangan sekaligus juga kesempatan atau peluang untuk melakukan hal-hal baru. Saatnya untuk menikmati waktu luang yang banyak, guna melakukan sesuatu yang lain, melakukan kegiatan baru, dengan program yang baru.

Dalam koteks berikutnya perubahan bisa terjadi dalam segala hal, anak-anak semakin dewasa, semakin memerlukan biaya untuk pendidikannya, perlu bimbingan dan nasehat. Karena itu perlu diantisipasi dengan rajin menabung, memperhatikan perilaku dan pergaulannya, diberi pengarahan agar tidak salah jalan.

Bagi pegawai, pada saatnya tentu akan pension, atau kemungkinan PHK, bagi pengusaha juga ada kemungkinan penghasilannya menurun. Karena itu perlu diantisipasi dengan tabungan atau investasi, dan mengamati tiap ada perubahan, agar dapat segera menyesuaikannya. Membuat rencana keuangan yang baik, agar dana dan daya dapat digunakan secara efisien dan efektif.

Orang sudah tentu akan semakin tua, semakin merosot kesehatan dan kecakapannya, karena itu perlu ada dana hari tua, asuransi kesehatan, dan mampu menyesuaikan diri secara cepat dengan perubahan, serta dapat menikmati perubahan. Dan sebagainya, dan seterusnya, intinya adalah bahwa perubahan itu pasti terjadi. Nothing in the world is more durable than change, tidak ada di dunia ini yang lebih kekal daripada perubahan. Karena itu orang harus dapat mensiasati perubahan dengan cara yang cerdas*****


Technorati Tags:

Tuesday, July 7, 2009

Benih Kebahagiaan

Manusia dicipta untuk menguasai seluruh bumi dan segala isinya. Selain memberikan segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan pohon-pohonan yang buahnya berbiji, Allah juga menanamkan biji atau “benih kebahagiaan” di dalam diri setiap manusia.

Benih kebahagiaan itu disebut “harga diri, nurani, kemanusiaan, jati diri” - ialah manusia sejati yang selayaknya dapat menikmati kehidupan serta memperoleh kebahagiaan sejati.

Kita harus menyadari, bahwa setiap manusia adalah ciptaan Allah yang sangat berharga. Hidup kita, dan jati diri, potensi agung yang ada pada kita sejak dilahirkan, harus berada di atas segalanya. Harga diri atau jati diri merupakan aset yang sangat penting guna membangun kebahagiaan.

Oleh karena itu, jati diri tidak boleh dicemari oleh segala macam kenikmatan sesaat, uang, kekayaan, kekuasaan, ketenaran dan semacamnya. Semua itu harus diletakkan di bawah jati dirinya, agar kebahagiaan sejati tumbuh dan berkembang.

Ambisi yang berlebihan dan segala keinginan yang tidak terbatas, juga harus dibenamkan di bawahnya, sehingga tidak mengganggu kebahagiaan hidup. Segala rintangan, kesusahan, penderitaan, harus dapat dikalahkan, karena itu semua adalah proses yang perlu dilalui dalam perjalanan guna mencapai kebahagiaan.

Pernah mendengar cerita seekor keledai yang terperosok ke dalam sumur tua?

Karena segala upaya yang dilakukannya tidak berhasil mengentaskan dari sumur yang cukup dalam, pemilik keledai bersama tetangganya beramai-ramai menimbuni keledai yang memang sudah tua itu dengan tanah.

“Barangkali inilah cara terbaik, agar keledai tidak terlalu lama menderita di dalam sumur”, kata mereka.

Tetapi keledai itu tak mau dikalahkan oleh tanah yang mengguyur tubuh, ia tetap menari-nari, meloncat-loncat, menggoyangkan tubuhnya, sehingga tanah yang menimpa dan tertimbun di atas punggungnya jatuh berserakan dan diinjak-injaknya.

Melihat hal itu pemiliknya ikut merasa senang dan semakin berhati-hati memasukkan tanah ke dalam sumur, agar tidak melukai tubuh keledai. Makin lama, timbunan tanah semakin tinggi, dan keledai yang menginjak-injaknya juga semakin mendekati permukaan sumur.

Akhirnya keledai itu meloncat dari sumur yang hampir tertimbun penuh, berlari dan menari-nari, diiringi sorak sorai orang-orang yang berkerumun di situ.

Keledai itu mencintai hidupnya, biar sudah tua tetapi tetap berguna, tidak membiarkan dirinya ditimbun dengan tanah. Ia memilih kehidupan bukan kematian, menikmati hidup yang penuh harapan bukan berputus asa, ia singkirkan segala rintangan yang mengganggu kebahagiaan.

Bahkan dapat membawa kebahagiaan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Lebih dari itu, keledai itu mampu memberi harga yang tinggi pada dirinya, tidak mau dirinya dikorbankan, ditimbun dengan tanah.

Kebanyakan orang juga pernah menanggung penderitaan, kesusahan, persoalan, kesulitan, krisis, yang menimbuni hidupnya. Namun segala penderitaan itu tidak perlu menghancurkan hidupnya - selalu ada jalan untuk mengatasi segala hal yang merupakan rintangan kebahagiaan.

Orang perlu memahami, menentukan, memilih alternative yang terbaik dan paling memungkinkan, berusaha untuk mengalahkan penderitaan dan rintangan. Timbunan tanah, juga berarti segala hal yang hanya memberi kenikmatan sesaat, seperti kekayaan, jabatan, kekuasaan, penampilan, gelar, ketenaran, dan sebagainya. Tidak selayaknya kita korbankan “nama baik” demi harta benda, kekuasaan, dan segalanya yang hanya untuk memuaskan nafsu saja*****

Technorati Tags:

Kebahagiaan Itu Hak Asasi

Manusia adalah insan yang mulia, berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Pada mulanya, Sang Pencipta membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya.

Allah itu sumber kehidupan serta kebahagiaan - jadi di dalam diri manusia ada roh kehidupan dan kebahagiaan. We were born to be happay!

Kita dilahirkan di dunia, untuk hidup bahagia, serta telah diberi kekuatan ilahi untuk mendapatkannya! Kebahagiaan adalah hak asasi manusia.

Setiap orang terlahir dengan identitas diri yang tak bisa diubah, misalnya ras, suku bangsa, warna kulit, dsb. Lalu memiliki identitas yang di dapat setelah dilahirkan dan bisa diubah atau dikembangkan, misalnya, nama, label yang diberikan orang lain, gelar, profesi, pendidikan, pengalaman, karakter dan sebagainya.

Kita perlu mengetahui identitas, mengetahui siapa diri kita ini sebenarnya, yang menjadikan begitu unik dan special. Bangga dengan sidik jari kita, dan mau mengembangkan identitas yang bisa diubah menjadi semakin lebih baik lagi.

Bila kita tidak mengenal atau tidak yakin siapa diri kita yang sebenarnya, dan menuruti pandangan orang lain tentang diri kita. Manakala kita tidak menghargai diri sendiri, tidak suka dan tidak mau menerima sebagaimana adanya, maka kebahagiaan akan terganggu.

Penyangkalan terhadap keadaan diri sendiri, adalah merupakan awal dari kekecewaan, kesedihan, dan ketidak bahagiaan. Sebaliknya, damai, suka cita, kesuksesan, dan kebahagiaan hidup akan terwujud, jika kita merasa nyaman dengan identitas diri sendiri, serta kualitas diri yang kita miliki.

Dengan menyadari serta menerima posisi kita di dalam rancangan agung Sang Pencipta, akan dapat merasakan betapa bahagianya menjadi yang “paling unik” sebagaimana diri kita apa adanya. Akan membuat kita lebih percaya diri, merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu, dan sukses dalam pencapaian tujuan.

Kebahagiaan akan memancarkan cahaya hidup yang penuh sukacita, dan mengumandangkan lagu gembira di dalam kehidupan. Kebahagiaan akan berbuahkan kasih sayang, damai, sejahtera, sabar, suka cita, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, serta keberhasilan*****

Technorati Tags:

Saturday, July 4, 2009

Ada ….. Di Telapak Kaki?

Untuk intermezo – kadang-kadang saya blogging di sebuah café kecil, Hik-Hikan Plus. Julukan Hik itu sudah terkenal sejak zaman Solo tempo dulu - warung berjalan yang dijajakan di kampung-kampung dengan menggunakan angkring atau gerobag dorong. Dagangannya - ‘snack and beverage’, teh panas, wedang jahe, serbat, kopi, bermacam-macam makanan kecil dan nasi bungkus.

Sedang warung rakyat ini, menggunakan nama ‘hik-hikan plus’, karena memang ada ciri khasnya, selain makanan yang disajikan dipanggang lebih dulu, juga ada fasilitas tambahan, berupa layar lebar untuk menangkap siaran ‘Liga Inggris’ dari Indovision, dan ada free hot spot.

Warung hik itu dikelola para keponakan saya, chefnya, tukang panggang, pelayan, kebanyakan sarjana, dan ada yang menjadi PNS di Balai Kota. Ada perasaan terharu serta bangga melihat mereka bekerja dengan penuh suka cita.

Sebelumnya, pada kesempatan pertemuan keluarga besar, halal bihalal th. 2008, saya memang memberikan ‘kultum’ (kuliah tujuh menit), tentang teori Cashflow Quadrant dari Robert T Kiyosaki. Tentang alasan memilih pekerjaan berdasarkan factor keamanan dan kebebasan.

Hal ini saya sampaikan agar anak-anak muda yang sudah selesai pendidikannya tetapi belum mendapat pekerjaan - tidak hanya menggantungkan harapannya untuk menjadi employee, PNS atau bekerja di corporate saja. Tetapi mau mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan, asal jangan menganggur.

Dan yang paling memungkinkan - menjadi Pewirausaha - selain bisa menciptakan kesempatan kerja, juga dapat memperoleh kebebasan - tidak bekerja untuk orang lain tapi untuk diri sendiri - mendapatkan financial freedom atau financial independent.

“Minum apa om?” Seorang pelayan menyela keasyikanku.

“Teh Poci! Jangan lupa jadah bakar, ya”, sahutku.

Tidak lama kemudian, pelayan yang insinyur tadi mengantarkan pesanan - teh poci - minuman teh yang disajikan di dalam teko dan cangkir yang semuanya terbuat dari gerabah, dan disajikan dengan gula batu. “Terimakasih mas”, ucapku.

Anakku yang di Jakarta kirim SMS, nampaknya ia senang juga - tahu ayahnya lagi menikmati “kebahagiaan” di warung hik. Sama bahagianya manakala kami sedang di Jakarta, ditraktir makan pizza atau sea food di restoran mahal.

Ya ….. ternyata belum tentu yang mewah dan mahal, yang dapat membawa bahagia. Yang sederhana, murah, dan hal-hal kecil juga dapat memberi rasa bahagia. Tidak perlu jauh-jauh mencari kebahagiaan dan tidak perlu menunggu. Di sini, sekarang, dengan apa yang ada, kita bisa menikmati juga. Pelanggan “hik-hikan plus” itu bukan hanya golongan kelas bawah, tetapi juga banyak tamu-tamu bermobil yang nampak sangat menikmati makanan murah dan suasana sederhana di situ.

Benar kata James Oppenheim, “The foolish man seeks happiness in the disrtance; the wise grows it under his feet”. Si tolol mencari kebahagiaan di kejauhan, sedang si bijak menumbuhkan kebahagiaan di bawah telapak kakinya.

Berhentilah mencari kebahagiaan di tempat tempat yang jauh, di luar diri kita, yang bersifat eksternal. Kita bisa menciptakan kebahagiaan dengan yang ada di bawah telapak kaki. Di dalam hati kita ada benih kebahagiaan, dan tinggal menumbuhkan saja.

“Kebahagiaan tidaklah diperoleh dari aneka pertemuan nasib yang besar-besar, yang jarang terjadi. Namun - kebahagiaan justru ditimbulkan oleh kelebihan-kelebihan kecil yang kita jalani saban hari”, kata Benyamin F.*****

Technorati Tags:

The Source of Inspiration

Open your mind wide and join in the conversation with writers and thinkers and anyone who sees the world in different ways. It doesn't matter a bit whether you agree with what they're saying - the thrill of excitement comes when you fully engage with new ideas and your mind takes off into a quiet room where nothing else matters but the words on the page and the ideas and visions spark in your mind.

Let your imagination go. Be swept away and open up that pathway between the crackling energy of inspiration and your mind and soul. Revel in the joy of new knowledge. Really listen to the conversations and open.

Reading isn't only about the ideas either. Listen to the words as they ride by - feel their energy and hear their music - whatever language you have as your own, celebrate its beauty and its sound.

What you're reading and experiencing isn't simply a collection of cold words on a flat page. Those words were written with conviction, passion and energy, and what you can experience now is that same passion and energy that the writer had.

Books are powerhouses and they will challenge you to meet their power with your own.

They cause change. They can be a phenomenal source of inspiration in your life.

Neel Raman (edited by John SBroto)



SHOP NOW & SAVE - Books, Music, Kindle, and MORE

Books, Movies, Music & Games, Digital Downloads, Kindle, Computers & Office, Electronics, Home, Garden & Pets, Grocery, Health & Beauty, Toys, Kids & Baby, Clothing, Shoes & Jewelry, Sports & Outdoors, Tools & Home Improvement, Automotive & Industrial, and more > click BANNER bellow



John SBroto & Friend

Boating under Niagara Falls - shot of water, roaring rapids voice, wave exposure … thrilling ... as well as fun!

Life ... the challenge ... while enjoying it!